Kehidupan masa kecil
saya bisa dikatakan bahagia. Saya bersyukur kepada Tuhan karena Ia memberikan figur
ayah yang sangat mengasihi dan mengayomi saya. Keluarga kami hidup dari usaha
ternak kuda. Saya merasa tenang ketika saya dekat dengan ayah. Namun,
kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Suatu hari saya melihat ada orang-orang
yang mendatangi ayah saya. Ternyata mereka menawarkan ayah saya untuk menjual
kuda dengan harga murah. Ketika itu keluarga kami memiliki hutang yang besar.
Jadi, dengan menjual ternak kuda, kami dapat membayar hutang dan sisanya akan
dicicil.
Ternyata ayah ditipu
oleh temannya sendiri. Dan ini membuat ayah harus pergi ke Riau untuk mencari
uang dan melunasi sisa hutang keluarga kami. Ketika itu saya dan ibu sangat merasa
sedih. Saya merasa kehilangan ayah. Namun, bagaimanapun juga ayah harus pergi
meninggalkan saya dan ibu. Akhirnya kamipun mengantar ayah ke pelabuhan.
Setelah beberapa bulan,
saya mendapat surat dari ayah. Isinya adalah dia sangat merindukan saya dan
ibu. Dan saya pun membalas surat kepada ayah. Namun, balasan surat dari ayah
pun tak pernah saya terima. Sembilan tahun kemudian setelah ayah pergi, ibu
melihat ada teman-teman ayah yang sudah kembali dari Riau. Dan ada satu teman
ayah yang memberitahukan bahwa ayah memiliki selingkuhan, bahkan sudah tinggal
satu rumah.
Saya bisa melihat
ketika itu, ibu sangat sedih mendengarnya. Hati saya pun sangat hancur. Ayah
yang selama ini menjadi teladan saya, namun telah mengkhianati ibu. Rasa sayang
saya kepada ayah, seketika itu langsung hilang setelah mendengar ayah sudah
memiliki perempuan lain. Dan disitu saya memutuskan untuk mulai bolos sekolah
dan memakai narkoba bahkan mabuk-mabukkan. Saya berpikir dan berharap ada yang
memberitahukan kepada ayah saya, bahwa anaknya sudah hancur. Saya berteman
dengan orang –orang dewasa dan saya berharap mereka bisa mengayomi dan menjadi
sosok ayah.
Suatu hari ketika saya
pulang sekolah, saya melihat ada dua orang yang menagih hutang kepada ibu saya.
Dan saya pun memberanikan diri untuk membela ibu saya. Tiba-tiba saya mendengar
bunyi telepon dirumah, dan ketika saya tahu yang menelpon adalah ayah. Saya pun
marah dan tidak memanggil dia dengan sebutan ayah, tetapi saya memanggil nama
ayah saya. Saya merasakan geram ketika itu. Bahkan saya berkata kepada ayah
saya, bahwa dia harus mati di tangan saya.
Lalu saya membawa
pedang ke rumah oma saya. Ketika itu saya ingin bunuh ayah saya. Namun, ayah
saya tidak ada disana. Suatu kali saya mabuk dengan teman-teman saya. Namun,
ketika itu teman saya mengajak keluar karena kami melihat ada sebuah acara.
Saat kami sudah masuk, ternyata bukan sebuah pesta melainkan ibadah gereja. Saya
masuk dalam keadaan mabuk, dan ketika sadar itu bukan pesta, saya ingin keluar
namun saya merasa malu. Ketika itulah Tuhan Yesus menjamah hati saya. Saya
bertanya kepada pendeta, apa yang harus saya lakukan. Dan pendeta tersebut berkata
bahwa saya harus mengampuni ayah saya. Jujur, disitu saya rasa tidak mungkin,
karena ayah saya sudah meninggalkan dan mengkhianati ibu dan saya. Namun,
ketika Tuhan menjamah hati saya, akhirnya saya mendatangi ayah yang berada di
Riau.
Ketika saya sampai
dirumah ayah saya, saya melihat ada pakaian anak kecil. Dan saya berpikir bahwa
ayah sudah menikah lagi dan memiliki anak. Kemudian dari belakang muncul ayah
saya dan dia menepuk bahu saya. Ternyata ayah pun tidak mengenali saya. Karena
sudah lebih dari 10 tahun kami tidak berjumpa. Ayah meninggalkan saya ketika
saya masih kecil. Lalu saya memberikan ktp, dan ketika dia tahu bahwa saya
adalah anaknya. Dia langsung mengecek tas saya, apakah ada pedang di dalamnya.
Karena dia mendapat kabar, bahwa saya akan membunuhnya. Namun, yang dia temukan
adalah kuda miniatur yang diberikannya ketika saya masih kecill.
Setelah itu kami berdua
pun pergi ke suatu tempat dan kami mengobrol. Dan disitulah saya mengatakan : “ Ayah saya sangat mengasihimu, maafkan
saya ketika itu saya pernah berbicara kasar kepada ayah”. Dan ayah saya pun
merasa bersalah dan berkata : “
Seharusnya ayah yang meminta maaf kepada kalian, karena ayah sudah melakukan
kesalahan besar”.
Saya merasakan ketika itu, hubungan saya dan ayah dipulihkan. Walaupun sampai saat ini ayah tidak kembali kepada ibu dan saya, namun tetap bersama keluarga barunya. Saya sadar bahwa ada Bapa sejati yang tidak pernah meninggalkan saya. Dia selalu ada untuk saya. Akhirnya saya dan ibu bisa mencicil hutang-hutang kami. Itu semua adalah pertolongan Tuhan. Dia adalah penolong yang luar biasa. Apapun yang telah dilakukan ayah saya, dia tetap ayah saya. Ayah,saya sangat mengasihimu selamanya.
Untuk menonton video lengkapnya silahkan klik disini
Sumber : Aldy A. Massie