Pengkhianatan Buatku Ingin Bunuh Ayah
Sumber: http://www.jawaban.com/jcchannel/view/vi

Family / 27 February 2015

Kalangan Sendiri

Pengkhianatan Buatku Ingin Bunuh Ayah

Tiurma Ida Purba Official Writer
9555

Kehidupan masa kecil saya bisa dikatakan bahagia. Saya bersyukur kepada Tuhan karena Ia memberikan figur ayah yang sangat mengasihi dan mengayomi saya. Keluarga kami hidup dari usaha ternak kuda. Saya merasa tenang ketika saya dekat dengan ayah. Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Suatu hari saya melihat ada orang-orang yang mendatangi ayah saya. Ternyata mereka menawarkan ayah saya untuk menjual kuda dengan harga murah. Ketika itu keluarga kami memiliki hutang yang besar. Jadi, dengan menjual ternak kuda, kami dapat membayar hutang dan sisanya akan dicicil.

Ternyata ayah ditipu oleh temannya sendiri. Dan ini membuat ayah harus pergi ke Riau untuk mencari uang dan melunasi sisa hutang keluarga kami. Ketika itu saya dan ibu sangat merasa sedih. Saya merasa kehilangan ayah. Namun, bagaimanapun juga ayah harus pergi meninggalkan saya dan ibu. Akhirnya kamipun mengantar ayah ke pelabuhan.

Setelah beberapa bulan, saya mendapat surat dari ayah. Isinya adalah dia sangat merindukan saya dan ibu. Dan saya pun membalas surat kepada ayah. Namun, balasan surat dari ayah pun tak pernah saya terima. Sembilan tahun kemudian setelah ayah pergi, ibu melihat ada teman-teman ayah yang sudah kembali dari Riau. Dan ada satu teman ayah yang memberitahukan bahwa ayah memiliki selingkuhan, bahkan sudah tinggal satu rumah.

Saya bisa melihat ketika itu, ibu sangat sedih mendengarnya. Hati saya pun sangat hancur. Ayah yang selama ini menjadi teladan saya, namun telah mengkhianati ibu. Rasa sayang saya kepada ayah, seketika itu langsung hilang setelah mendengar ayah sudah memiliki perempuan lain. Dan disitu saya memutuskan untuk mulai bolos sekolah dan memakai narkoba bahkan mabuk-mabukkan. Saya berpikir dan berharap ada yang memberitahukan kepada ayah saya, bahwa anaknya sudah hancur. Saya berteman dengan orang –orang dewasa dan saya berharap mereka bisa mengayomi dan menjadi sosok ayah.

Suatu hari ketika saya pulang sekolah, saya melihat ada dua orang yang menagih hutang kepada ibu saya. Dan saya pun memberanikan diri untuk membela ibu saya. Tiba-tiba saya mendengar bunyi telepon dirumah, dan ketika saya tahu yang menelpon adalah ayah. Saya pun marah dan tidak memanggil dia dengan sebutan ayah, tetapi saya memanggil nama ayah saya. Saya merasakan geram ketika itu. Bahkan saya berkata kepada ayah saya, bahwa dia harus mati di tangan saya.

Lalu saya membawa pedang ke rumah oma saya. Ketika itu saya ingin bunuh ayah saya. Namun, ayah saya tidak ada disana. Suatu kali saya mabuk dengan teman-teman saya. Namun, ketika itu teman saya mengajak keluar karena kami melihat ada sebuah acara. Saat kami sudah masuk, ternyata bukan sebuah pesta melainkan ibadah gereja. Saya masuk dalam keadaan mabuk, dan ketika sadar itu bukan pesta, saya ingin keluar namun saya merasa malu. Ketika itulah Tuhan Yesus menjamah hati saya. Saya bertanya kepada pendeta, apa yang harus saya lakukan. Dan pendeta tersebut berkata bahwa saya harus mengampuni ayah saya. Jujur, disitu saya rasa tidak mungkin, karena ayah saya sudah meninggalkan dan mengkhianati ibu dan saya. Namun, ketika Tuhan menjamah hati saya, akhirnya saya mendatangi ayah yang berada di Riau.

Ketika saya sampai dirumah ayah saya, saya melihat ada pakaian anak kecil. Dan saya berpikir bahwa ayah sudah menikah lagi dan memiliki anak. Kemudian dari belakang muncul ayah saya dan dia menepuk bahu saya. Ternyata ayah pun tidak mengenali saya. Karena sudah lebih dari 10 tahun kami tidak berjumpa. Ayah meninggalkan saya ketika saya masih kecil. Lalu saya memberikan ktp, dan ketika dia tahu bahwa saya adalah anaknya. Dia langsung mengecek tas saya, apakah ada pedang di dalamnya. Karena dia mendapat kabar, bahwa saya akan membunuhnya. Namun, yang dia temukan adalah kuda miniatur yang diberikannya ketika saya masih kecill.

Setelah itu kami berdua pun pergi ke suatu tempat dan kami mengobrol. Dan disitulah saya mengatakan : “ Ayah saya sangat mengasihimu, maafkan saya ketika itu saya pernah berbicara kasar kepada ayah”. Dan ayah saya pun merasa bersalah dan berkata : “ Seharusnya ayah yang meminta maaf kepada kalian, karena ayah sudah melakukan kesalahan besar”.

Saya merasakan ketika itu, hubungan saya dan ayah dipulihkan. Walaupun sampai saat ini ayah tidak kembali kepada ibu dan saya, namun tetap bersama keluarga barunya. Saya sadar bahwa ada Bapa sejati yang tidak pernah meninggalkan saya. Dia selalu ada untuk saya. Akhirnya saya dan ibu bisa mencicil hutang-hutang kami. Itu semua adalah pertolongan Tuhan. Dia adalah penolong yang luar biasa. Apapun yang telah dilakukan ayah saya, dia tetap ayah saya. Ayah,saya sangat mengasihimu selamanya.


Untuk menonton video lengkapnya silahkan klik disini

Sumber : Aldy A. Massie
Halaman :
1

Ikuti Kami